Solusi Efisien dan Meminimalisasi Praktik Kecurangan Pada Ujian Nasional

Latar Belakang & Masalah

Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. UN digunakan untuk mengukur capaian belajar siswa dan menentukan kelulusan siswa. Akan tetapi, pelaksanaan UN berbasis kertas dan pensil (UNKP) selama ini dinilai memiliki sejumlah kelemahan, antara lain:

• Sulit untuk mengawasi kecurangan (soal bocor, aktivitas mencontek, dsb.)
• Sulit untuk mengevaluasi kualitas hasil ujian secara objektif dan akurat.
• Membutuhkan biaya yang besar (percetakan) dan dapat memberikan dampak lingkungan yang kurang baik (pemakaian kertas).

Realisasi & Capaian

Anies berupaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dengan melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). UNBK menggunakan komputer sebagai media ujian sehingga penilaian lebih efektif dan efisien karena dapat mengurangi kecurangan. Selain itu, juga bisa meningkatkan kualitas hasil ujian, dan menghemat biaya.

Dengan penerapan sistem UNBK di Indonesia, Anies saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berhasil mendapatkan capaian berupa:

• Pada 2015 peserta UNBK hanya 170.000 siswa. Ketika tahun 2016 meningkat signifikan menjadi 921.862 siswa. 
• Pada 2015, sekolah penyelenggara UNBK hanya 554 sekolah Ketika tahun 2016 meningkat signifikan menjadi 4.381 sekolah.
• Sekolah di Kota Surabaya berhasil melaksanakan UNBK 100%.
• Yogyakarta menjadi provinsi penyelenggara UNBK terbanyak.
• Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Papua juga berpartisipasi tinggi dalam UNBK.
• Mengerahkan 4.371 teknisi UNBK, 41.287 Promotor dan Pengawas UNBK.