Latar Belakang & Masalah
Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah program bantuan pendidikan dari pemerintah untuk siswa dari keluarga kurang mampu. Program ini bertujuan untuk memberikan akses pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak dari keluarga miskin, sehingga mereka dapat meraih cita-citanya.
KIP diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2014. Program ini diluncurkan untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah ketimpangan akses pendidikan antara anak-anak dari keluarga kaya dan miskin.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014, angka putus sekolah di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 1,7% dari total penduduk usia sekolah. Angka putus sekolah ini lebih tinggi di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan.
Pada awal diluncurkannya, KIP masih menghadapi beberapa permasalahan, salah satunya adalah penyaluran dana yang tidak tepat sasaran. Hal ini disebabkan oleh data penerima KIP yang masih belum akurat.
Selain itu, KIP juga masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh penerimanya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan pendampingan kepada penerima KIP.
Solusi & Realisasi
Selama menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada periode 2014-2016, Anies Baswedan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan efektivitas KIP.
Salah satu upaya yang dilakukan Anies adalah memperbaiki data penerima KIP. Anies menginstruksikan kepada pemerintah daerah untuk melakukan pendataan ulang penerima KIP.
Upaya ini membuahkan hasil, yaitu jumlah penerima KIP meningkat dari target 15 juta siswa menjadi 19 juta siswa. Selain itu, penyaluran dana KIP juga telah mencapai 100% sehingga pemanfaatan KIP oleh penerimanya semakin optimal.
Berikut beberapa capaian yang telah diraih ketika Anies menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan:
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Jadilah yang pertama dapat kabar dari Anies
YouTube
Akun
@aniesbaswedan
21 Mar 2023
Jaga Fisik Prima